
Oleh : Wahidin Porang
RADARNEWS- Bapak dan ibu guru yang terhormat, sekarang kami baru paham tugas seorang guru itu berat. Sudah beban kerja meningkat, masih saja seringkali dihujat. Disebut guru yang sekadar mahir dikte dan memaksa siswa mencatat. Padahal boleh jadi anak-anak kami saja yang malas belajar sehingga mencari pembenaran agar saat nilainya rendah tidak kena damprat.
Bapak dan ibu guru yang terhormat. Wabah Corona membuat kehidupan semakin berat. Harga bahan pokok naik sekian kali lipat. Belum lagi anak-anak kami harus belajar di rumah dengan tugas dari sekolah yang mesti dituntaskan dengan giat. Jujur sebagai wali murid kadang ingin rasanya berkata, “Kami sudah tidak kuat”. Ketika anak kami bertanya materi kohesi dan koherensi dalam kalimat, proses perpindahan benda cair menjadi padat, sampai dengan materi akar kuadrat.
Bapak dan ibu guru yang terhormat. Melalui surat ini perkenankan kami menyampaikan salam hormat. Segala dedikasi kalian dalam mencerdaskan kehidupan bangsa memang begitu hebat. Bagaimana masa depan putra-putri kami bisa berderajat. Jika tanpa jerih payah kalian memberikan ilmu pengetahuan sampai memeras keringat.
Bapak dan ibu guru yang terhormat. Mohon maaf bilamana selama ini ada tutur kata tidak sopan dari kami yang melesat. Sudah tentu segala khilaf akibat kata kadang membuat hati bapak dan ibu guru seperti disayat. Celakalah apabila lisan kami membuat jiwa kalian terluka begitu dahsyat. Oleh karenanya berikanlah maaf agar tidak jadi dosa yang membuat kami kelak kekal di alam akhirat.
Bapak dan ibu guru yang terhormat. Kepada Tuhan Yang Maha Esa kami pun tak lupa bermunajat. Semoga amal kebaikan kalian jadi pahala yang dicatat. Kemudian Tuhan memberi kemudahan datangnya rezeki dari segala tempat. Kami juga berharap bapak dan ibu guru senantiasa sehat. Supaya nanti saat anak-anak kami masuk sekolah bisa diajari dengan sepenuh semangat.
Untuk Anak Didik Kami
Oleh : Mugiarti
Kami tak berharap gaji lebih
Apalagi setara gaji menteri
Tak juga ingin dihormati melebihi julang bendera merah putih
Apalagi berjalan terbungkuk seolah kami bangsawan petinggi.
Tidak anakku.
Cukup bagiku sejenak luangkan perhatianmu ketika tinta spidol kami menari di papan putih.
Cukup bagiku tebar senyummu ketika kami sapa dengan nasihat untuk maslahat
Cukup bagiku, ukir prestasi sebagai bukti ceramah kami membekas di hati
Harap kami, kelak ketika kau jadi pejabat tinggi
Tak kau kobarkan pongah di hati
Ketika kau menjadi dokter, tak usah kau beri kami obat gratis sebagai tanda bakti
Ketika kau menjadi arsitek, tak perlu kau buatkan desain megah sebagai pengganti gubuk kami
Tak perlu anakku
Tak perlu.
Cukup..tebarkan senyum ketika berjumpa
Bukalah kaca jendela mobil mewahmu
Dan sapalah gurumu
Sebagai tanda bahwa kita pernah bercengkerama
Mengeja ilmu
Satu-persatu.